Xi Jinping Pimpin Pertemuan Penting Bahas Pemulihan Ekonomi China
Presiden China, Xi Jinping, akan memimpin pertemuan politik penting pada tahun 2025 untuk membahas pemulihan ekonomi. Saat ini, China menghadapi tantangan besar akibat tarif perdagangan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS). Menurut laporan dari JapanTimes pada Senin (3/3/2025), Xi dan delegasinya menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen.
China Tingkatkan Defisit Anggaran untuk Lindungi Ekonomi dari Ancaman Deflasi
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah China perlu meningkatkan defisit anggaran ke tingkat tertinggi dalam tiga dekade terakhir. Langkah ini diambil untuk melindungi ekonomi dari ancaman deflasi dan ketidakstabilan di sektor properti. Selain itu, perang dagang dengan AS semakin mendesak China untuk memperkuat daya beli domestik. Diperkirakan, pemerintah akan menaikkan target defisit anggaran menjadi sekitar 4 persen dari PDB, lebih tinggi dibandingkan dengan 3 persen pada tahun 2024. Kenaikan ini setara dengan peningkatan defisit hingga 12 triliun yuan, atau sekitar Rp27.127 triliun.
Baca Juga : Erick Thohir dan Rosan Roeslani: Sinergi Strategis untuk Masa Depan Investasi BUMN
Peran AI dan Teknologi dalam Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang China
Stimulus ini mencakup penerbitan obligasi pemerintah khusus senilai 2 triliun yuan dan obligasi pemerintah daerah sebesar 4 triliun yuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, beberapa ekonom mengkhawatirkan bahwa stimulus ini mungkin tidak cukup besar, terutama mengingat besarnya utang pemerintah daerah. Selain itu, perang dagang dengan AS dapat menghambat ekspor dan memperburuk ketidakseimbangan ekonomi. Oleh karena itu, China perlu menjaga fleksibilitas dalam kebijakan fiskal untuk menghadapi ketidakpastian global. Dalam pertemuan tersebut, Xi dan para delegasi juga akan membahas target inflasi tahunan. Dengan ancaman deflasi yang berkepanjangan, target inflasi diperkirakan akan diturunkan menjadi 2 persen, yang merupakan level terendah dalam dua dekade terakhir.
Baca Juga : Donald Trump Perkenalkan Tarif Baru Impor Mobil untuk Dorong Produksi di AS
Langkah ini mencerminkan upaya pemerintah untuk menyesuaikan kebijakan ekonomi dengan realitas harga yang rendah serta mendorong permintaan domestik. Selain itu, teknologi kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu sektor unggulan yang diharapkan dapat membantu pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Inovasi seperti chatbot AI DeepSeek menunjukkan potensi besar dalam mendorong swasembada teknologi dan manufaktur canggih. AI diperkirakan akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi mulai 2026 dengan peningkatan ekspansi tahunan sebesar 0,3 poin persentase pada 2030.
Namun, tantangan terbesar masih terletak pada lemahnya konsumsi rumah tangga akibat krisis sektor properti. Kepercayaan konsumen rendah, sementara prospek pendapatan dan pekerjaan masih belum stabil. Untuk itu, China harus menjaga keseimbangan antara stimulus fiskal, ekspansi sektor teknologi, serta stabilitas pasar domestik menjadi kunci bagi China dalam menghadapi tekanan eksternal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Leave a Reply